* Menyatukan Warna dan Makna: Juwita Handayani Angkat Budaya Bangka Lewat Rias dan Busana Tari
Lewat sentuhan kuas dan benang-benang kain, Juwita Handayani tak hanya merias penari, tetapi juga merangkai kisah budaya Bangka dalam setiap gerak dan warna. Ketua Tari Dewan Kesenian Kabupaten Bangka ini meyakini bahwa tata rias dan busana bukan sekadar pelengkap tari, melainkan jembatan antara seni dan identitas budaya yang harus dijaga di tengah arus modernisasi.
Melalui siaran Program
Obrolan Budaya Belaja Sumba di Pro4 RRI yang tayang di Sungailiat, Palembang,
Jambi, Lampung, dan Bengkulu, publik diajak menyelami lebih dalam tentang
pesona tata rias dan busana tari daerah. Acara ini dipandu oleh
Rara dan menghadirkan Juwita Handayani, SE — sosok inspiratif yang kini
menjabat sebagai Ketua Tari Dewan Kesenian Kabupaten Bangka, sekaligus peraih
penghargaan Penata Make-Up dan Busana Terbaik tingkat nasional.
Dalam perbincangan hangat
tersebut, Juwita membagikan kisah di balik proses kreatifnya saat merancang
riasan dan busana untuk tari-tarian tradisional Bangka. Menurutnya, riset
budaya menjadi langkah utama dalam setiap karyanya. Ia mencontohkan Tari Gong
Berantai, yang mengangkat tema ritual, sebagai hasil dari pengamatan langsung
ke lokasi budaya dan diskusi intensif dengan para tokoh lokal agar keautentikan
nilai budaya tetap terjaga.
“Desain busana harus mampu
menyampaikan cerita. Kalau tariannya membawa nuansa riang, tentu warna-warna
cerah lebih dominan. Tapi untuk tarian yang mengangkat legenda atau ritual,
warna tanah seperti cokelat, hitam, dan merah bata lebih tepat untuk
menggambarkan suasananya,” jelas Juwita.
Tak hanya soal warna dan
motif, ia juga menekankan pentingnya menyelaraskan seluruh unsur — mulai dari
tema, riasan, gerak tari, hingga lokasi pertunjukan. Bagi Juwita, kekuatan
pertunjukan terletak pada harmoni visual dan makna yang kuat.
Saat membahas tantangan,
Juwita tak menampik bahwa menjaga warisan budaya di tengah arus modernisasi
bukan perkara mudah. Namun ia percaya, inovasi bisa berjalan beriringan dengan
tradisi — selama tetap berpijak pada akar budaya yang kuat. Ia juga mengajak
masyarakat, khususnya generasi muda, untuk lebih peduli dan turut melestarikan
nilai-nilai lokal melalui seni.
Melalui karyanya, Juwita
tidak hanya mempercantik penampilan para penari, tetapi juga menyulam pesan
budaya agar tetap hidup dan dikenang lintas generasi.
Komentar
Posting Komentar