* Waspadai Tinta Tato: Ekspresi Seni yang Bisa Mengancam Kesehatan
Tato telah lama menjadi
bagian dari ekspresi diri, identitas budaya, bahkan seni tubuh. Namun, di balik
keindahan garis dan warna yang tertanam di kulit, terdapat ancaman kesehatan
yang tak boleh diabaikan—terutama dari bahan kimia yang terkandung dalam tinta
tato.
Banyak tinta tato yang
beredar saat ini mengandung logam berat seperti timbal, merkuri, arsenik, dan
nikel. Zat-zat tersebut, ketika disuntikkan ke dalam lapisan dermis kulit,
tidak hanya bertahan lama, tetapi juga bisa menyebar ke kelenjar getah bening
dan organ dalam. Beberapa studi bahkan menunjukkan bahwa partikel mikroskopis
dari tinta tato bisa menumpuk di hati dan limpa.
Dari sisi medis, risiko
yang paling umum dari tato adalah infeksi. Jika jarum atau tinta yang digunakan
tidak steril, pengguna dapat tertular penyakit serius seperti hepatitis B,
hepatitis C, hingga HIV. Selain itu, reaksi alergi terhadap tinta—terutama
warna merah dan kuning—juga cukup sering terjadi, dan bisa muncul
bertahun-tahun setelah tato dibuat.
Tinta yang mengandung azo
compound juga patut diwaspadai. Senyawa ini, jika terpapar sinar ultraviolet,
bisa terurai menjadi zat karsinogenik yang meningkatkan risiko kanker kulit.
Melihat risiko tersebut,
sudah sepatutnya pemerintah dan lembaga kesehatan memperketat regulasi terhadap
penggunaan tinta tato, termasuk keharusan mencantumkan komposisi bahan dan
sertifikasi keamanan. Edukasi kepada masyarakat pun penting agar keputusan
membuat tato dilakukan dengan informasi yang lengkap, bukan hanya karena tren
atau estetika.
Tato adalah pilihan
personal, namun kesehatan adalah prioritas universal. Bijaklah sebelum
menorehkan tinta di tubuh—karena dampaknya bisa jauh lebih dalam daripada yang
terlihat di permukaan kulit.
Komentar
Posting Komentar