* Sentuhan Magis di Tubuh: Kreativitas Seniman Warnai Sanur Village Festi
Sanur Village Festival kembali menyuguhkan
pemandangan memukau saat para seniman, dengan kuas dan cat di tangan, mengubah
tubuh manusia menjadi kanvas hidup yang penuh warna dan kreativitas dalam ajang
body painting yang memikat.
Sanur Village Festival kembali menghadirkan
pemandangan yang memukau dan penuh warna. Bukan hanya alunan musik atau tarian
tradisional yang memikat, tetapi juga goresan-goresan magis para seniman di
atas kanvas hidup: tubuh manusia. Acara body painting yang
menjadi salah satu daya tarik utama festival ini berhasil menyedot perhatian
pengunjung, memperlihatkan bagaimana kreativitas tanpa batas mampu menjelma
menjadi karya seni yang bergerak dan bernyawa.
Belasan seniman, baik yang
datang dari berbagai sudut Indonesia maupun mancanegara, beradu keahlian dan
imajinasi. Didukung oleh model-model yang tak kalah antusias, mereka mengubah
tubuh menjadi medium ekspresi yang unik. Di antara para seniman berbakat itu,
tampak I Wayan Wirawan, seorang putra daerah asal Kecamatan Sukawati, Gianyar,
Bali. Dengan piawai, Wirawan menghadirkan lukisan bertajuk "Surya
Sewana," selaras dengan tema besar festival yang tahun ini mengagungkan
energi dan keindahan matahari.
Ketika senja mulai menyapa
Sanur, sekitar pukul 17.30 WITA, para seniman mulai menunjukkan kebolehannya.
Mereka menyebar di berbagai sudut festival, menciptakan galeri seni tubuh yang
hidup dan dinamis. Setiap seniman tampak memiliki konsep lukisannya sendiri,
namun benang merah tema "Surya Sewana" tetap terasa kuat dalam setiap
karya yang dihasilkan. Ada yang menggambarkan siluet dewa-dewi dengan sentuhan
emas mentari, ada pula yang menghadirkan motif-motif alam Bali yang bermandikan
cahaya surya.
Bagi Wirawan, melukis tubuh bukanlah hal yang
asing. Selain piawai di atas kanvas dan dalam instalasi seni, ia menemukan
keasyikan tersendiri dalam seni lukis tubuh. "Setiap media punya
tantangannya masing-masing," ujarnya, berbagi pengalamannya. Namun, ia
menekankan bahwa tantangan terbesar seorang seniman bukanlah media yang
dipilih, melainkan kondisi hati atau mood saat berkarya.
"Sebenarnya masalahnya tidak di sana,
tergantung pada mood. Di sana saja permasalahan
pelukis itu. Kalau media apa saja (bisa)," jelas Wirawan dengan santai.
Lantas, bagaimana jika mood sedang tak bersahabat namun
tuntutan untuk melukis tak bisa dihindari? Dengan bijak, Wirawan mengungkapkan
metodenya. "Kalau nggak ada mood kita pancing
dulu, ada metodenya. Dipancing mood-nya dengan
ngobrol, dengan melihat-lihat. Itu metode yang paling ringan."
Dalam gelaran Sanur Village
Festival kali ini, Wirawan berkolaborasi dengan seorang model belia yang
enerjik, Ni Made Ayu Agustina Dewi, atau akrab disapa Nina (19). Keduanya
tampak saling memahami, menciptakan harmoni antara konsep seni dan ekspresi model.
Nina dengan sabar dan penuh semangat menjadi "kanvas hidup" bagi
karya "Surya Sewana" yang tengah digarap Wirawan.
Lebih dari sekadar tontonan, body painting di Sanur Village Festival menjadi ruang
interaksi yang menarik antara seniman, model, dan pengunjung. Para pengunjung
dapat menyaksikan langsung bagaimana sebuah ide abstrak perlahan menjelma
menjadi visual yang menakjubkan di atas tubuh manusia. Tak jarang, terjadi
percakapan hangat antara seniman dan penonton, berbagi cerita di balik konsep
dan proses pembuatan karya.
Kehadiran seni lukis tubuh ini juga memberikan
dimensi baru pada perayaan budaya di Sanur. Ia tidak hanya memperkaya khazanah
seni visual, tetapi juga menjadi simbol keberanian dalam berekspresi dan
merayakan keindahan tubuh manusia sebagai bagian dari alam. Sanur Village
Festival sekali lagi membuktikan diri sebagai wadah yang inklusif bagi berbagai
bentuk seni, merangkul tradisi dan inovasi dalam harmoni yang mempesona. Para
seniman body painting, dengan sentuhan magis mereka, telah berhasil
meninggalkan jejak warna dan inspirasi di hati setiap pengunjung yang
menyaksikan.
Komentar
Posting Komentar