Sejarah Henna, Seni Lukis Tubuh yang Mendunia

Berawal dari Mesir kuno dan Timur Dekat, henna, yang dikenal sebagai 'hinna' atau 'mehndi' di dunia Arab, telah digunakan untuk mewarnai kulit, rambut, dan kain selama berabad-abad. Banyak seniman yang melakukan berbgai cara agar henna bisa bertahan lama dan berwarna pekat.

Jakarta, 19 Maret 2025 - Henna, sebuah pewarna alami berwarna kemerahan, diperoleh dari daun pohon henna yang dikeringkan dan dihaluskan. Secara ilmiah dikenal sebagai Lawsonia inermis, tanaman ini pertama kali disebut 'hinna' atau 'mehndi' oleh masyarakat Arab, merujuk pada daun yang menghasilkan pewarna merah pada kulit.

Henna telah lama digunakan di Mesir kuno, Timur Dekat kuno, dan anak benua India untuk mewarnai kulit, rambut, kuku, serta kain seperti sutra, wol, dan kulit. Secara historis, henna digunakan di Asia Barat termasuk Jazirah Arab, Kartago, wilayah lain di Afrika Utara, Afrika Barat, Afrika Tengah, Tanduk Afrika, dan anak benua India.

Karena sulit untuk membentuk pola rumit dari daun yang dihancurkan kasar, henna umumnya diperdagangkan dalam bentuk bubuk yang dibuat dengan mengeringkan, menggiling, dan menyaring daun. Bubuk kering dicampur dengan berbagai cairan seperti air, jus lemon, teh kental, dan bahan-bahan lain, tergantung pada tradisi.

Banyak seniman menggunakan gula atau molase dalam pasta untuk meningkatkan konsistensi agar lebih melekat pada kulit. Campuran henna perlu didiamkan antara satu hingga 48 jam sebelum digunakan untuk melepaskan lawsone dari bahan daun. Waktunya tergantung pada tanaman henna yang digunakan. Minyak atsiri dengan kadar alkohol monoterpena tinggi, seperti tea tree, cajuput, atau lavender, akan memperbaiki karakteristik noda kulit. Minyak atsiri lainnya, seperti eucalyptus dan cengkeh, tidak digunakan karena terlalu mengiritasi kulit.

Noda henna berwarna jingga saat pasta pertama kali dihilangkan, tetapi akan menjadi gelap selama tiga hari berikutnya menjadi cokelat kemerahan tua karena oksidasi. Telapak kaki dan telapak tangan memiliki lapisan kulit paling tebal sehingga menyerap sebagian besar lawsone, dan menyerapnya hingga kedalaman terbesar, sehingga tangan dan kaki akan memiliki noda paling gelap dan paling tahan lama.

Beberapa orang juga percaya bahwa mengukus atau memanaskan pola henna akan menggelapkan noda, baik selama pasta masih menempel di kulit, atau setelah pasta dihilangkan. Masih diperdebatkan apakah hal ini juga menambah warna hasil pewarnaan. Setelah noda mencapai warna puncaknya, noda akan bertahan selama beberapa hari, kemudian secara bertahap memudar dengan pengelupasan, biasanya dalam waktu satu hingga tiga minggu.

Di Indonesia sendiri henna juga banyak digunakan pada seorang pengantin wanita sebagai suatu tradisi. Berikut adalah sejarah asal-usul henna dan bagaiman henna berkembang di seluruh dunia hingga masa kini.


sumber: wikipedia, kumparan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sambut Ramadan, Margo City Gelar Lomba Fashion dan Makeup Cilik

Bahaya! Berikut Resiko Terlalu Sering Lakukan Nail Art

Grand Indonesia Adakan Temporary Henna Art Untuk Meriahkan Ramadan 2025