Bahaya! Berikut Resiko Terlalu Sering Lakukan Nail Art
Tren nail art yang kian digandrungi tak hanya mempercantik penampilan, tetapi juga berpotensi mengancam kesehatan kuku dan kulit di sekitarnya. Penggunaan bahan kimia, teknik pengikisan kuku, dan kurangnya higienitas dalam proses nail art dapat memicu kerusakan lapisan kuku, infeksi, hingga iritasi kulit.
12/03/2025 - Nail art telah menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup masa kini. Ia bukan hanya sekadar mempercantik kuku, tetapi juga menjadi wadah untuk menunjukkan identitas diri. Nail art adalah seni menghias kuku yang berfungsi ganda: memperindah penampilan sekaligus menjadi cara untuk berekspresi.
Dengan aneka ragam teknik dan desain, nail art memberi peluang bagi setiap orang untuk menuangkan kreativitas melalui kuku mereka. Dari desain yang sederhana hingga karya seni yang rumit, nail art telah menjadi tren yang sangat digemari, baik di kalangan remaja maupun orang dewasa.
Sayangnya, terlalu sering melakukan nail art dapat berdampak buruk bagi kesehatan kuku dan kulit di sekitarnya. Proses yang melibatkan bahan-bahan kimia, teknik-teknik tertentu, dan penggunaan alat-alat khusus sering kali kurang bersahabat bagi kuku, terutama jika tidak disertai dengan perawatan yang tepat. Salah satu bahaya utama dari nail art yang dilakukan terlalu sering adalah kerusakan pada lapisan kuku.
“Penggunaan bahan kimia seperti cat kuku, gel, atau akrilik dapat menyebabkan kuku menjadi rapuh dan mudah patah,” Maya sampaikan. Proses pengikisan kuku sebelum pengaplikasian gel atau akrilik juga dapat melemahkan lapisan alami kuku, mengurangi kekuatannya, dan membuatnya rentan terhadap keretakan atau pengelupasan.
“Selain itu, terlalu sering menggunakan nail art dapat meningkatkan risiko infeksi,” ujar Maya. Proses manikur atau pengaplikasian nail art yang kurang higienis dapat menyebabkan bakteri atau jamur tumbuh di bawah kuku. Infeksi ini dapat memicu masalah serius, seperti perubahan warna kuku, penebalan, atau bahkan lepasnya kuku dari tempatnya. Risiko ini lebih tinggi jika kuku sering ditutupi oleh gel atau akrilik tanpa diberi jeda untuk bernapas.
Paparan bahan kimia dalam nail art, seperti aseton untuk menghapus cat kuku atau gel, juga dapat memberikan dampak negatif pada kulit di sekitar kuku. Kulit bisa menjadi kering, iritasi, atau bahkan mengalami reaksi alergi. “Dalam beberapa kasus, bahan kimia ini dapat diserap oleh tubuh, meskipun dalam jumlah kecil, dan menimbulkan efek buruk jika paparan terjadi secara terus-menerus,” tegas Maya.
Untuk mengurangi risiko-risiko tersebut, penting untuk memberi jeda waktu antara sesi nail art agar kuku memiliki kesempatan untuk pulih. “Gunakan pelembap kuku dan minyak kutikula secara rutin untuk menjaga kesehatan kuku dan kulit di sekitarnya,” jelas Maya.
Pilihlah salon yang menerapkan standar kebersihan yang tinggi atau lakukan nail art sendiri dengan menggunakan bahan-bahan yang berkualitas.
Komentar
Posting Komentar